Tumbuhan Raksasa Yang Memiliki Berbagai Manfaat Bagi Masyarakat Suku Hatam di Kampung Syou

Pisang Raksasa Yang Ada di Kampung Syou, Dist. Warmare, Kab. Manokwari, Prov. Papua Barat.

Tahukah kamu tentang tumbuhan raksasa? sebagian dari kita mungkin belum mengetahui tentang tumbuhan raksasa yang tumbuh di Papua Barat khususnya di dataran tinggi Manokwari atau lebih tepatnya dikenal dengan sebutan tumbuhan pisang raksasa yang tumbuh liar di kampung Syou dan sekitarnya. Suku yang mendiami kampung Syou adalah suku Hatam, suku Hatam adalah salah satu suku asli dari empat suku besar yang mendiami dataran rendah dan dataran tinggi Manokwari. Masyarakat suku Hatam mengenal pisang dengan sebutan Wid sehingga pisang raksasa disebut Wid Bingput

Tumbuhan dengan nama ilmiah Musa ingens  ini memiliki tinggi batang 15 – 25 meter dan memiliki diameter batang kurang lebih 2 – 3 meter atau setara dengan keliling pelukan dua orang dewasa yang melingkar. Panjang daun pisang itu sendiri sekitar 7 meter dan lebar daun kurang lebih 2 meter. Dari ukurannya kita dapat membayangkan sebesar apa tumbuhan ini. Hal ini yang membuat tumbuhan ini disebut pisang raksasa oleh masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama beberapa masyarakat suku Hatam yang ada di kampung Syou tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai Bahan Pangan, Sandang, Obat dan Kosmetik. Hal ini dibenarkan oleh Salah seorang tetua kampung yang dijumpai dan menjelaskan manfaat dari tumbuhan yang sering mereka sebut dengan Wid Bingput tersebut. Pemanfaatan pisang raksasa sebagai bahan pangan dimanfaatkan pada saat melakukan kegiatan berburu hewan dihutan atau melakukan perjalanan jauh meninggalkan rumah dan kehabisan makanan maka mereka akan mengonsumsi biji dari buah pisang tersebut dengan cara biji tersebut dibersihkan dari daging buah, dicuci, lalu dibakar. Kemudian biji ditumbuk untuk melepaskan kulit biji, selanjutnya bagian dalam atau isi dari biji yang berwarna putih tersebut dikonsumsi.

Wawancara Bersama Beberapa Masyarakat Suku Hatam
 di Kampung Syou

Masyarakat suku Hatam di kampung Syou memanfaatkan  kulit batang semu sebagai alas tempat duduk atau tempat tidur (tikar). Cara pemanfaatannya batang semu dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian dijemur hingga kering lalu dimanfaatkan.

Suku Hatam merupakan masyarakat yang masih memegang kuat tradisi yang ada dalam kehidupan mereka. Ketaatan ini terlihat dari seberapa sering masyarakat tersebut menggunakan tumbuhan pisang.  Pada tradisi yang diwariskan turun-temurun ini terlihat pula pada sistem pengobatan yang dilakukan secara tradisional. Pemanfaatan tumbuhan pisang tertentu untuk mengobati penyakit dilakukan oleh orang yang dianggap mampu mendiagnosis penyakit. Umumnya mereka yang sudah berusia lanjut dianggap memiliki kemampuan yang dapat mengenal jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang didiagnosa dengan cara meraba bagian tubuh pasien yang sakit. Wid Bingput dimanfaatkan untuk mengobati panas dalam, gatal-gatal dan sarampa. Cara pemanfatannya batang semu pisang dipotong, kemudian cairan yang keluar ditampung dalam sebuah wadah. Selanjutnya cairan tersebut diminum oleh orang yang sakit.

Bahan kosmetik yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitar tempat tinggal. Pemanfaatan bahan alami ini masih dilakukan oleh masyarakat yang ada dikampung Syou. Pisang raksasa dimanfaatkan sebagai kosmetik berupa bedak. cara pemakaiannya lapisan lilin pada batang semu Wid Bingput atau pisang raksasa diambil dengan cara menggosokkan kedua telapak tangan pemakai pada batang semu hingga lapisan lilin tersebut tertempel pada kedua telapak tangan dan kemudian dioleskan pada wajah pemakai. (KAD)


#Balitbangtara2020 #Balitbangdapb #bentarapapua

Komentar

Postingan Populer